Halo !!! Saya Eko Susilo, ini adalah blog tentang DESA LAMUK yang artikelnya saya copy dari berbagai sumber.

[Melengkapi Cerita] Indrakila Tempat Dimulainya Peradaban Manusia dengan Gaib


Perwujudan Semar dalam Pewayangan
Jika anda melewati kota Purbalingga, seyogyanya menyempatkan waktu sejenak berwisata spiritual ke Bukit Indrakila. Bukit ini terkenal dengan keindahan alamnya yang asri. Disamping itu, Anda bisa ngalab berkah di sini dengan cara mengutarakan niat di depan lima makam keramat yang usianya telah berabad- abad lamanya. Warga setempat menyebut tempat ini dengan nama pertapaan Indrakila. Disebut pertapaan karena banyak kaum muda yang ngudi kaweruh, mencari ilmu kesaktian di Indrakila ini. Menurut keyakinan masyarakat, Indrakila dihuni oleh para tokoh gaib yang sakti dizamannya. Mereka percaya tokoh-tokoh gaib itu masih hidup hingga kini. Sosok-sosok mereka sering hadir dan nampak seperti layaknya manusia biasa. Kemudian memberi petunjuk atau petuah kepada yang membutuhkannya. Mereka adalah Begawan Cipta Hening, Kyai Among Rogo, Harjuna Sosrobahu, Dewi Sekar Arum dan Dewi Sekar Ningrum.

Bukit Indrakila jaraknya sekitar 30 KM dari kota Purbalingga ke arah Timur Gunung Slamet, sebuah gunung yang membentang dari Pemalang hingga Tegal. Siapa sangka, dalam keindahannya yang mengagumkan itu, tersimpan sejuta misteri yang hingga kini belum terkuak. Indrakila bukan sekedar tempat biasa, akan tetapi sebuah pertapaan yang terbentuk dengan tiba-tiba secara gaib berikut para penghuninya.

Indrakila merupakan sebuah pegunungan dengan ketinggian sekitar 1150 meter dari permukaan laut, berada di desa Lamuk, kecamatan Kejobong, Purbalingga. Dari pegunungan Indrakila ini, kota dan pedesaan yang berada di sekelilingnya nampak dengan jelas begitu indah dan menakjubkan. Menurut keyakinan yang berkembang, dari tempat inilah para Begawan dan pertapa sakti mengawasi wilayah serta warganya yang tinggal di daerah tersebut dari berbagai pagebluk.

Alkisah, lndrakila merupakan kerucut atau potongan puncak Gunung Slamet, yang ditendang oleh Harjuna Sosrobahu saat dia marah kepada Begawan Cipta Hening, yang tak lain adalah Uwak Semar atau yang lebih dikenal dengan nama Semar Bodroloyo yang juga disebut dengan si Bokong Gembol. Karena kemarahannya itulah, sehingga Harjuno menendang puncak gunung Slamet hingga patah dan terpental sejauh kira-kira lima puluh kilo meter. Potongan puncak gunung tersebut jatuh tepat di desa Lamuk, kecamatan Kejobong, Purbalingga, yang kini lebih dikenal dengan nama gunung lndrakila. Di tempat ini pula terdapat lima makam keramat, yang diyakini sebagai makam tokoh sakti yang keberadaannya masih misterius.

Berabad lalu, puncak gunung Slamet merupakan salah satu tempat tinggal para Dewa Dewi dijagad raya ini. Mereka tinggal di atas puncak gunung Slamet dengan membawa serta tugas dari junjungannya, yaitu Batara Indra. Sehingga pesanggrahan tersebut lebih dikenal dengan nama lndrakila, yang artinya dawuh (perintah) dari Batara Indra untuk menjadi penghubung antara alam manusia dengan alam gaib (Dewa). Sehingga sejak adanya lndrakila, berarti pula dimulainya peradaban antara manusia dengan bangsa gaib. Beberapa tokoh yang menghuni tempat ini diantaranya Begawan Cipta Hening atau Wak Semar. Dia bertugas untuk menjadi pamomonging rakyat serta kawula alit, pemeliharaan ketentraman serta perdamaian. Dia juga sebagai penasehat spiritual bagi penduduk sekitarnya.

Lalu Kyai Among Rogo, yang bertugas memelihara keadaan, baik wilayah maupaun para penghuninya. Terutama menjaga secara fisik para kawulanya terhadap berbagai marabahaya. Kemudian Dewi Sekar Arum, dia bertugas untuk selalu memberi keharuman baik di puncak maupun di lembah-lembah yang masih menjadi wilayahnya. Sedang yang terakhir adalah Dewi Sekar Ningrum, yang bertugas untuk memberi ketenangan, baik lahir maupun batin. Dari para penghuni pilihan Dewa Indra Kila inilah gunung Slamet menjadi aman, nyaman tenteram serta damai penuh dengan ketenangan.

Akan tetapi pada suatu ketika, ketenangan terusik oleh kehadiran seorang ksatria tampan, yang tak lain adalah Harjuna Sosrobahu. Pada suatu ketika, Harjuna ingin mengunjungi pamomonging jagat, yang tak lain adalah Wak Semar untuk memperdalam Ilmu Panguripan. Akan tetapi sebelum bertemu, dia mencium aroma yang begitu harum semerbak. Aroma tersebut telah membawa kedamaian serta ketenteraman dalam jiwanya. Sehingga ditelusurilah penyebab yang membawa dirinya hanyut serta terlena di tempat itu. Tak lama kemudian diketahuilah bahwa keadaan tersebut ternyata bersumber dari kedua sosok Dewi, yaitu Dewi Sekar Arum dan Sekar Ningrum. Melihat kedua Dewi yang begitu jelita serta bisa membawa keharuman dan kedamaian jiwanya, terpikatlah hati Harjuna. Sehingga dia bermaksud untuk meminangnya. Akan tetapi hal itu diketahui oleh Begawan Cipta Hening atau Wak Semar. Sehingga dicegahlah maksud serta tujuannya yang menyimpang dari niat semula, dengan alasan Harjuna Sosrobahu telah memiliki seorang istri yaitu Dewi Drupadi. Berbagai cara dan upaya dilakukan oleh Begawan Cipta Hening agar rencana Harjuna meminang kedua dewi tersebut gagal.

"Maaf anak Angger Harjuna, bukankah andika telah memiliki seorang isteri yaitu Drupadi, yang cantik serta lembut rupawan. Oleh karena itu, biarkan kedua bunga itu mekar dan tumbuh bersemi di puncak ini untuk memberikan keharuman serta kedamaian di muka bumi," tutur halus sang Begawan. Tapi jiwaku akan tentram dan damai bila menyunting kedua bidadari itu Kyai," jawabnya jujur.
"Kau telah berubah niat, kau telah melanggar kodrat. Kedua dewi ditugaskan di bumi untuk menjaga keharuman serta ketentraman. Dia juga nantinya akan menurunkan ksatria-ksatria pilihan di muka jagad ini," tukasnya lanjut. Muka Harjuna merah padam hingga akhirnya dia terpojok. Merasa dirinya dihalang-halangi dalam usahanya untuk meminang kedua dewi kakak beradik tersebut, Harjuna marah besar. Adu mulut tak bisa terelekan lagi. Akan tetapi, walau bagaimana Begawan Cipta Hening adalah uwaknya sendiri yang juga salah satu Guru dan penasehat spiritualnya. Dia pun menyadari akan kelancangannya, bahkan rasanya tak mungkin juga bisa mengalahkannya.

Akhirnya karena menahan marah serta emosi yang telah meluap tinggi, dia melampiaskannya dengan menendang puncak gunung Slamet, tempat kediaman mereka. Tak ayal dengan kesaktiannya, gunung Slamet yang menjulang tinggi tersebut patah di puncaknya. Lalu terpental dan jatuh ke sebuah perbukitan yang gersang. Indrakila pun geger. Semua penghuninya pontang-panting, tanpa kecuali Begawan Cipta Hening, Kyai Among Rogo serta Dewi Sekar Arum dan Sekar Ningrum. Betapa terkejutnya dia, karena tempat kediamannya telah berpindah, tak lagi pada sebuah puncak gunung. Akan tetapi kini telah berada pada lembah yang gersang. Disaat itu Wak Semar hanya bisa tertawa terkekeh-kekeh, lalu berucap: "Anak angger.. walau Indrakila dibuat geger dalam sehari tujuh kali pun, dengan jalan memporak-poranda serta mengacak-acaknya, aku tetap tak mengijinkanmu mempersunting Dewi Sekar Arum dan Sekar Ningrum. Karena itu melanggar tatanan serta kodrat dewata, ngger. Dan yang perlu kamu ingat, walau Indrakila kau pindahkan dalam sehari tiga kali pun, aku beserta pengikutku akan tetap setia menjaga pertapaan ini."