Perwujudan Semar dalam Pewayangan |
Jika anda melewati kota Purbalingga, seyogyanya menyempatkan waktu
sejenak berwisata spiritual ke Bukit Indrakila. Bukit ini terkenal
dengan keindahan alamnya yang asri. Disamping itu, Anda bisa ngalab
berkah di sini dengan cara mengutarakan niat di depan lima makam keramat
yang usianya telah berabad- abad lamanya. Warga setempat menyebut
tempat ini dengan nama pertapaan Indrakila. Disebut pertapaan karena
banyak kaum muda yang ngudi kaweruh, mencari ilmu kesaktian di Indrakila
ini. Menurut keyakinan masyarakat, Indrakila dihuni oleh para tokoh
gaib yang sakti dizamannya. Mereka percaya tokoh-tokoh gaib itu masih
hidup hingga kini. Sosok-sosok mereka sering hadir dan nampak seperti
layaknya manusia biasa. Kemudian memberi petunjuk atau petuah kepada
yang membutuhkannya. Mereka adalah Begawan Cipta Hening, Kyai Among
Rogo, Harjuna Sosrobahu, Dewi Sekar Arum dan Dewi Sekar Ningrum.
Bukit Indrakila jaraknya sekitar 30 KM dari kota Purbalingga ke arah
Timur Gunung Slamet, sebuah gunung yang membentang dari Pemalang hingga
Tegal. Siapa sangka, dalam keindahannya yang mengagumkan itu, tersimpan
sejuta misteri yang hingga kini belum terkuak. Indrakila bukan sekedar
tempat biasa, akan tetapi sebuah pertapaan yang terbentuk dengan
tiba-tiba secara gaib berikut para penghuninya.
Indrakila
merupakan sebuah pegunungan dengan ketinggian sekitar 1150 meter dari
permukaan laut, berada di desa Lamuk, kecamatan Kejobong, Purbalingga.
Dari pegunungan Indrakila ini, kota dan pedesaan yang berada di
sekelilingnya nampak dengan jelas begitu indah dan menakjubkan. Menurut
keyakinan yang berkembang, dari tempat inilah para Begawan dan pertapa
sakti mengawasi wilayah serta warganya yang tinggal di daerah tersebut
dari berbagai pagebluk.
Alkisah, lndrakila merupakan kerucut atau
potongan puncak Gunung Slamet, yang ditendang oleh Harjuna Sosrobahu
saat dia marah kepada Begawan Cipta Hening, yang tak lain adalah Uwak
Semar atau yang lebih dikenal dengan nama Semar Bodroloyo yang juga
disebut dengan si Bokong Gembol. Karena kemarahannya itulah, sehingga
Harjuno menendang puncak gunung Slamet hingga patah dan terpental sejauh
kira-kira lima puluh kilo meter. Potongan puncak gunung tersebut jatuh
tepat di desa Lamuk, kecamatan Kejobong, Purbalingga, yang kini lebih
dikenal dengan nama gunung lndrakila. Di tempat ini pula terdapat lima
makam keramat, yang diyakini sebagai makam tokoh sakti yang
keberadaannya masih misterius.
Berabad lalu, puncak gunung Slamet
merupakan salah satu tempat tinggal para Dewa Dewi dijagad raya ini.
Mereka tinggal di atas puncak gunung Slamet dengan membawa serta tugas
dari junjungannya, yaitu Batara Indra. Sehingga pesanggrahan tersebut
lebih dikenal dengan nama lndrakila, yang artinya dawuh (perintah) dari
Batara Indra untuk menjadi penghubung antara alam manusia dengan alam
gaib (Dewa). Sehingga sejak adanya lndrakila, berarti pula dimulainya
peradaban antara manusia dengan bangsa gaib. Beberapa tokoh yang
menghuni tempat ini diantaranya Begawan Cipta Hening atau Wak Semar. Dia
bertugas untuk menjadi pamomonging rakyat serta kawula alit,
pemeliharaan ketentraman serta perdamaian. Dia juga sebagai penasehat
spiritual bagi penduduk sekitarnya.
Lalu Kyai Among Rogo, yang
bertugas memelihara keadaan, baik wilayah maupaun para penghuninya.
Terutama menjaga secara fisik para kawulanya terhadap berbagai
marabahaya. Kemudian Dewi Sekar Arum, dia bertugas untuk selalu memberi
keharuman baik di puncak maupun di lembah-lembah yang masih menjadi
wilayahnya. Sedang yang terakhir adalah Dewi Sekar Ningrum, yang
bertugas untuk memberi ketenangan, baik lahir maupun batin. Dari para
penghuni pilihan Dewa Indra Kila inilah gunung Slamet menjadi aman,
nyaman tenteram serta damai penuh dengan ketenangan.
Akan tetapi
pada suatu ketika, ketenangan terusik oleh kehadiran seorang ksatria
tampan, yang tak lain adalah Harjuna Sosrobahu. Pada suatu ketika,
Harjuna ingin mengunjungi pamomonging jagat, yang tak lain adalah Wak
Semar untuk memperdalam Ilmu Panguripan. Akan tetapi sebelum bertemu,
dia mencium aroma yang begitu harum semerbak. Aroma tersebut telah
membawa kedamaian serta ketenteraman dalam jiwanya. Sehingga
ditelusurilah penyebab yang membawa dirinya hanyut serta terlena di
tempat itu. Tak lama kemudian diketahuilah bahwa keadaan tersebut
ternyata bersumber dari kedua sosok Dewi, yaitu Dewi Sekar Arum dan
Sekar Ningrum. Melihat kedua Dewi yang begitu jelita serta bisa membawa
keharuman dan kedamaian jiwanya, terpikatlah hati Harjuna. Sehingga dia
bermaksud untuk meminangnya. Akan tetapi hal itu diketahui oleh Begawan
Cipta Hening atau Wak Semar. Sehingga dicegahlah maksud serta tujuannya
yang menyimpang dari niat semula, dengan alasan Harjuna Sosrobahu telah
memiliki seorang istri yaitu Dewi Drupadi. Berbagai cara dan upaya
dilakukan oleh Begawan Cipta Hening agar rencana Harjuna meminang kedua
dewi tersebut gagal.
"Maaf anak Angger Harjuna, bukankah andika
telah memiliki seorang isteri yaitu Drupadi, yang cantik serta lembut
rupawan. Oleh karena itu, biarkan kedua bunga itu mekar dan tumbuh
bersemi di puncak ini untuk memberikan keharuman serta kedamaian di muka
bumi," tutur halus sang Begawan. Tapi jiwaku akan tentram dan damai
bila menyunting kedua bidadari itu Kyai," jawabnya jujur.
"Kau
telah berubah niat, kau telah melanggar kodrat. Kedua dewi ditugaskan di
bumi untuk menjaga keharuman serta ketentraman. Dia juga nantinya akan
menurunkan ksatria-ksatria pilihan di muka jagad ini," tukasnya lanjut.
Muka Harjuna merah padam hingga akhirnya dia terpojok. Merasa dirinya
dihalang-halangi dalam usahanya untuk meminang kedua dewi kakak beradik
tersebut, Harjuna marah besar. Adu mulut tak bisa terelekan lagi. Akan
tetapi, walau bagaimana Begawan Cipta Hening adalah uwaknya sendiri yang
juga salah satu Guru dan penasehat spiritualnya. Dia pun menyadari akan
kelancangannya, bahkan rasanya tak mungkin juga bisa mengalahkannya.
Akhirnya karena menahan marah serta emosi yang telah meluap tinggi, dia
melampiaskannya dengan menendang puncak gunung Slamet, tempat kediaman
mereka. Tak ayal dengan kesaktiannya, gunung Slamet yang menjulang
tinggi tersebut patah di puncaknya. Lalu terpental dan jatuh ke sebuah
perbukitan yang gersang. Indrakila pun geger. Semua penghuninya
pontang-panting, tanpa kecuali Begawan Cipta Hening, Kyai Among Rogo
serta Dewi Sekar Arum dan Sekar Ningrum. Betapa terkejutnya dia, karena
tempat kediamannya telah berpindah, tak lagi pada sebuah puncak gunung.
Akan tetapi kini telah berada pada lembah yang gersang. Disaat itu Wak
Semar hanya bisa tertawa terkekeh-kekeh, lalu berucap: "Anak angger..
walau Indrakila dibuat geger dalam sehari tujuh kali pun, dengan jalan
memporak-poranda serta mengacak-acaknya, aku tetap tak mengijinkanmu
mempersunting Dewi Sekar Arum dan Sekar Ningrum. Karena itu melanggar
tatanan serta kodrat dewata, ngger. Dan yang perlu kamu ingat, walau
Indrakila kau pindahkan dalam sehari tiga kali pun, aku beserta
pengikutku akan tetap setia menjaga pertapaan ini."
Tambahkan Komentar